Postingan

Promil dan Hamil dengan Rahim Retro

Kami menikah 4 bulan lamanya. Mungkin terdengar baru kemarin. Tapi kami sudah begitu menunggu hadirnya sibuah hati yang akan mengganggu kami berdua. Hehe. Aku bisa membayangkan bagaimana perasaan calon orang tua yang harap2 cemas menanti kedatangannya. Aku sharing beberapa yaa siapa tau berjodoh. Bulan pertama kami nikmatin banget proses jadi pengantin baru. Mulai dari jalan jalan dan bermesra mesraan halal hahaha. Bulan kedua juga begitu, kami masih tour kesana sini biar puas masa masa pacaran berdua. Tapi saat haid bulan kedua baru sadar. Kok aku belum isi ya. Padahal temen2 banyak yang udah… Apa aku?? Terbesit pertanyaan negatif lainnya. Apalagi bulan ketiga. Semakin banyak yang menanyai apakah sudah hamil apa belum. Dalam kurun waktu 4 bulan, ada beberapa program yang aku jalanin. 1. Minum susu prenagen esensis 2. Minum folavit 3. Minum vitamin e 4. Minum madu penyubur 5. Mengukur suhu basal tubuh 6. Catat periode masa subur 7. Minum ovacare Tapi gak, itu gak langsung b

Suatu ketika #1

Jam setengah 10 malem. Tiba - tiba kebangun. Kebelet. Tidur lagi. Kebangun lagi. Liat suami. Uda : "kenapa nta? Laper?" Me : ngangguk-ngangguk Uda : "mau buat indomie?" Me : geleng-geleng Uda : "terus nta pengen makan apa?" Me : "siomay da" Uda : "Ya Alloh, jam segini mana ada yang jual siomay" Me : "empek-empek juga gapapa da" Uda : "Yaudah uda beliin. Tungguin ya" Manis sekali....

Melihat masa lalu

Malam ini, saya banyak berfikir tentang betapa menyesalnya saya terhadap waktu yang saya lewati begitu saja. Tiba tiba pergi, tiba tiba lari tanpa saya pernah benar benar berhasil melaluinya. Saya menapaki memori masa lalu dipikiran. Mengulas lagi apa yang telah saya lewati, apa yang telah saya capai. Kalau Allah memanggil saya  kemudian bertanya untuk apa usia saya, saya tidak bisa menjawab. Saya merasa, hidup saya kurang bermanfaat. Kurang memberi banyak makna :( Saya ingat setiap kegagalan yang saya lalui. Setiap sakit jatuh bangun untuk mencoba lagi. Saya masih ingat betapa melelahkannya itu semua. Belum lagi tanggapan orang orang mengenai kenapa belum, kenapa selalu gagal. Saya merasa terbebani. Saya merasa begitu pecundang. Perjuangan saya kemudian berenti disuatu waktu. Waktu saya habis. Saya menyerah. Saya pasrah. Saya terjerat janji yang harus saya jalani. Saya harus menikah dengan seorang yang baik yang selalu menunggu, tanpa lelah dan tanpa bosan. Kemudian saya menikah.